Entah berapa banyak manfaat dari media sosial, yang jelas, untuk menyambung tali silaturohmi, berbisnis, berselfie, menyebar informasi dan banyak lagi. Media sosial merupakan sebuah alat. Ia bisa digunakan secara bijak ataupun tidak tergantung pemakai. Secara global, berita palsu/bohong dan negatif lainnya sudah menjangkiti masyarakat dunia. Masyarakat harus pandai dalam memilah dan memilih berita yang baik dan benar. Kemampuan ini tentunya tidak dimiliki semua masyarakat. Media sosial di tanah air sendiri sudah mulai beralih fungsi walau tidak signifikan. Dari biasanya sekedar curhat, selfie dan hal-hal remeh lainnya menjadi tempat ajang politik, tuding menuding dan negatif lainnya. Sebenarnya media sosial mau dijadikan tempat apapun itu baik. Selain kebebasan mengungkapkan pendapat dijamin oleh Undang-undang. Namun, tentunya dalam setiap kebebasan ada batasannya. Seperti dilarang menyebar berita bohong/palsu dan kebencian. Bagi umat muslim, menyebar berita bohong dan ke
Masih ingat dibenak ketika pilgub atau tahun 2008 disebut pilkada Jawa Barat diselenggarakan, konstelasi politik saat itu tidak seramai saat ini, media sosial belum banyak digunakan selain oleh para anak muda dan kalangan terbatas. Pemilihan langsung gubernur menunjukkan trend yang disebut biasa saja. Karena, konsentrasi pemilihan umum tetap pada pemilihan umum nasional. Mungkin karena saat itu, pemilihan umum kepala daerah secara langsung masih dalam tahap awal perkenalan kepada masyarakat. Pada kuliah umum tahun 2010, profesor (saya lupa nama beliau) mengatakan bahwa pemilihan umum kepala daerah jawa barat tempo lalu menang kontestasi salah satu faktor penentunya adalah kegantengan calon. Walau strategi itu gagal dipakai oleh Andre Taulani, tapi berhasil dipakai oleh Ungu Pasha dan tentunya Dede Yusuf saat pilkada 2008. Pada pilkada jabar 2008 telah membuktikan bahwa kandidat yang diusung dua partai dapat mengalahkan kandidat incumben dan kandidat yang diusung oleh banyak partai,