Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

Reinventing Government

Reinventing Government bukanlah perubahan dalam sistem politik, kampanye reformasi keuangan, reformasi badan legislatif, atau parlemen, batas termin dan lainnya. Bukan pula reorganisasi, bukan pula memindahkan kotak-kotak pada struktur organisasi. Bukan menghilangkan pemborosan, kecurangan, dan penyelewengan. Pembaruan pemerintah adalah penciptaan organisasi pemerintah yang secara terus-menerus mencari cara untuk menjadi lebih efisien. Melakukan perubahan dalam organisasi pemerintah membutuhkan jauh lebih banyak upaya politik, misalnya, karena organisasi pemerintah hidup di lautan politik, sementara bisnis hidup dalam ekonomi pasar. Tetapi perbedaan yang paling mencolok adalah bahwa organisasi swasta ada di dalam system, atau pasar, yang lebih besar yang pada umumnya berfungsi baik. Kebanyakan organisasi swasta yang mencari laba memiliki misi yang jelas, tahu bagaimana mengukur kinerja bottom-lin (hasil akhir atau keuntungan bersih) mereka, menghadapi persaingan, me

Mitos Reformasi

Lima Mitos Reformasi Sektor Pemerintah Mitos Liberal, yaitu pemerintahan dapat diperbaiki dengan pembelanjaan lebih banyak dan berbuat lebih banyak. Kenyataannya, mengucurkan uang lebih banyak pada sistem yang tidak berfungsi tidak akan membawa hasil nyata. Mitos Konservatif, yaitu pemerintahan dapat diperbaiki dengan pembelanjaan lebih sedikit dan berbuat lebih sedikit. Kenyataannya, menarik dana dari sistem yang tidak berfungsi mungkin menghemat uang wajib pajak, tetapi tidak akan memperbaiki kinerja pemerintah. Mitos Bisnis, yaitu pemerintahan dapat diperbaiki dengan menjalankannya seperti menjalankan sebuah lembaga bisnis. Kenyataannya, meskipun penyamaann dengan dunia bisnis dan teknik-teknik manajemen sering membantu, ada perbedaan penting antara realitas sektor pemerintah dengan sektor swasta Mitos Pegawai, yaitu pegawai negeri dapat berkinerja bagus jika mereka punya cukup uang. Kenyataannya, kita harus mengubah cara penggunaan sumber-sumber daya jika kita m

Ciri-ciri Berprasangka Sosial

Prasangka Sosial Prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang negatif terhadap golongan lain dan tidak mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi. Prasangka sosial pada awalnya hanya merupakan sikap-sikap perasaan negati yang lambat-laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan-golongan yang diprasangkai itu tanpa adanya alasan-alasan yang objektif pada pribadi orang yang dikenai tindakan-tindakan diskriminatif. Tindakan-tindakan diskriminatif itu diantaranya: Tindakan-tindakan yang bercorak menghambat Merugikan perkembangan Mengancam kehidupan pribadi orang yang diprasangkai Adanya prasangka sosial bergandengan pula dengan stereotip yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifa

Mengapa Program Perubahan Tidak Menghasilkan Perubahan?

“Why Change Programs Don’t Produce Change” Harvard Business Review tahun 1990 (Mengapa Program Perubahan/Pembaruan tidak Menghasilkan Perubahan/Pembaruan) Kebanyakan program perubahan tidak berjalan karena dipandu oleh sebuah teori perubahan yang secara fundamental cacat. Menurut model ini, perubahan adalah seperti sebuah pengalaman  konversi. Bila orang “masuk agama,” perubahan perilaku mereka tentu akan mengikuti. Demikian pula, perilaku individu dibentuk dengan kuat oleh peran-peran organisasional yang dimainkan orang. Oleh karena itu, cara paling efektif untuk mengubah perilaku adalah memasukkan orang ke dalam suasana organisasi yang baru, yang menentukan peran-peran baru, tanggung jawab baru, dan hubungan yang baru pada diri mereka.

Demokrasi Politik dan Dalam Jaringan

Perubahan wujud internet dari berbasis 'situs hanya bisa dibaca' (era web 1.0) menjadi 'situs yang bisa komunikasi dua arah' (era web 2.0) dimana sifatnya publik sendiri yang mengkreasi konten. Kaitannya dengan demokrasi politik dengan perubahan wujud internet diatas yakni kebebasan mengekpresikan pendapat dan berpikir serta nilai-nilai egaliter dapat melampaui batasan-batasan politis. Bahkan sedemikian kuatnya internet, mampu mendiskusikan agenda isu dan memengaruhi para pengambil keputusan. Sebab karakter internet yang tak mengenal struktur hierarki, transaksi yang cenderung minim biaya, jangkauan yang global, skalabilitas yang besar, kecepatan waktu respon, dan dapat digunakan sebagai media alternatif untuk mengatasi disrupsi penyampaian pesan. Internet dipandang sebagai ruang publik alternatif, jika ruang publik riil tidak berkembang. Karakteristik ruang publik: 1. jaminan akses bagii semua warga negara 2. persamaan hak antarwarga negara 3. kebebasan

Politik

Menurut Plato dan Aristoteles, politik adalah suatu usaha mencapai masyarakat politik yang terbaik. Menurut Miriam Budiarjo, politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Menurut Andrew Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama. Menurut Rod Hague, politik adalah kegiatan yg menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya. Menurut Peter Merkl, politik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan. Secara umum, politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Menurut Parta Winata (opini parta