Skip to main content

Manusia Menyembah Manusia(?)

parta belajar, belajar, sukses, cemerlang, efektif, efisien, definisi
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi, kalimat itu pernah saya dengar dari jaman masih sekolah dasar sampai dengan sekarang. Seringkali dilontarkan oleh para pejabat publik, entah dalam setiap pidato ataupun tatap muka.

Jaman orde baru kalau tak salah di TVRI ada acara dinamika pembangunan, saresehan, kelompencapir dan lain-lain. Ada satu acara lagi dimana pak Harto berdialog dengan rakyat, yang konooooonnnn katanya dialog tersebut sudah diskenariokan.

Efektif dan efisien, penting dijaga dalam suatu perusahaan untuk menjaga kualitas dan kuantitas keluaran produksi (barang/jasa).

Menjaga efektifitas suatu keluaran tentunya dibutuhkan beberapa hal, seperti baiknya sinergi komunikasi di internal perusahaan dalam hal ini antar karyawan, maupun komunikasi dua arah pimpinan kepada bawahan. Selain itu aturan perusahaan dalam hal standar operasional perusahaan yang baku tapi flexibel tak kalah pentingnya dalam menjaga efektifitas.

Efisiensi perusahaan sendiri terikat dan berhubungan secara bersama-sama sejauhmana efektifitas bisa ditingkatkan dalam etos kerja sebuah perusahaan, yang saya sebut diatas komunikasi dua arah pimpinan dan bawahan yang jelas dan harmoni serta antar karyawan yang baik dan kondusif. Jika suatu pekerjaan efektif maka akan singkron dengan menekan biaya pengeluaran. Dan itu dibutuhkan pemahaman dan tindakan dari operator/karyawan serta atasan dalam menindaklanjuti suatu pekerjaan.

Plautus dengan Homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi manusia lain atau kadang diartikan sebagai man pray upon man (manusia menyembah manusia). Hal tersebut seringkali menjadi sebuah ganjalan dalam membina keharmonisan komunikasi antar karyawan ataupun atasan bawahan. Kerapkali bawahan memberikan masukan kepada atasan dan atasan mendompleng begitu saja tanpa mengapresiasi atas masukan bawahannya. Atau terjadinya clash tersembunyi antar karyawan dimana mereka berlomba-lomba agar kerja mereka bisa diapresiasi atasan sehingga memperoleh insentif yang lebih baik.

Menjaga serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi bukan semata berasal dari titah atasan apalagi aturan tertulis. Kedua hal tersebut dibangun juga atas dasar kerjasama, sebuah sinergi sekumpulan orang yang bahu membahu bekerja agar mencapai hasil akhir yang maksimal. Atau Nicolaus Driyarkara mengajarkan kebalikan dari homo homini lupus yakni homo homini socius, manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya.

Popular posts from this blog

PIlgub Jabar 2018, 2013 dan 2008, Bedakah?

Masih ingat dibenak ketika pilgub atau tahun 2008 disebut pilkada Jawa Barat diselenggarakan, konstelasi politik saat itu tidak seramai saat ini, media sosial belum banyak digunakan selain oleh para anak muda dan kalangan terbatas. Pemilihan langsung gubernur menunjukkan trend yang disebut biasa saja. Karena, konsentrasi pemilihan umum tetap pada pemilihan umum nasional. Mungkin karena saat itu, pemilihan umum kepala daerah secara langsung masih dalam tahap awal perkenalan kepada masyarakat. Pada kuliah umum tahun 2010, profesor (saya lupa nama beliau) mengatakan bahwa pemilihan umum kepala daerah jawa barat tempo lalu menang kontestasi salah satu faktor penentunya adalah kegantengan calon. Walau strategi itu gagal dipakai oleh Andre Taulani, tapi berhasil dipakai oleh Ungu Pasha dan tentunya Dede Yusuf saat pilkada 2008. Pada pilkada jabar 2008 telah membuktikan bahwa kandidat yang diusung dua partai dapat mengalahkan kandidat incumben dan kandidat yang diusung oleh banyak partai,

Mengapa Program Perubahan Tidak Menghasilkan Perubahan?

“Why Change Programs Don’t Produce Change” Harvard Business Review tahun 1990 (Mengapa Program Perubahan/Pembaruan tidak Menghasilkan Perubahan/Pembaruan) Kebanyakan program perubahan tidak berjalan karena dipandu oleh sebuah teori perubahan yang secara fundamental cacat. Menurut model ini, perubahan adalah seperti sebuah pengalaman  konversi. Bila orang “masuk agama,” perubahan perilaku mereka tentu akan mengikuti. Demikian pula, perilaku individu dibentuk dengan kuat oleh peran-peran organisasional yang dimainkan orang. Oleh karena itu, cara paling efektif untuk mengubah perilaku adalah memasukkan orang ke dalam suasana organisasi yang baru, yang menentukan peran-peran baru, tanggung jawab baru, dan hubungan yang baru pada diri mereka.